Rabu, 13 Februari 2013

kerjasama kerjasama antara negara indonesia dengan negara lain

Indonesia dan Chile perlu mengembangkan dan meningkatkan hubungan kerjasama bilateral kedua negara. Untuk itu perlu diambil langkah koordinasi secara intensif oleh para pemangku kepentingan baik pemerintah maupun non pemerintah serta Kedutaan Besar Republik Indonesia di Santiago.
Salah satu langkah mendesak itu adalah meningkatkan sosialisasi mengenai Chile di Indonesia dan mengenai Indonesia di Chile. Pemangku kepentingan di Indonesia diharap dapat melakukan identifikasi terhadap hambatan dan tantangan untuk kemudian menghasilkan suatu peluang.
Hal tersebut mengemuka dalam pembahasan Roundtable Discussion Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia dan Chile di Ruang Nusantara, Kemlu 9 Februari 2011.
Dalam bidang perdagangan kedua negara selama kurun waktu 5 tahun terakhir, Indonesia mengalami defisit. Pada periode Januari-November 2010 nilai perdagangan kedua negara tercatat sebesar US$ 481.506.600. Ekspor Indonesia ke Chile adalah sebesar US$ 179.258.600 dan impor Indonesia dari Chile adalah US$ 302.248.000. Defisit bagi Indonesia sebesar US$ 122.989.400.
Komoditi perdagangan kedua negara diantaranya adalah furnitur, kerajinan tangan, rumput laut, komponen otomotif, kakao, alat-alat listrik, palm oil, rubber. Pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan keinginan Chile untuk memulai proses negosiasi pembentukan Free Trade Agreement (FTA).
Indonesia dan Chile juga dapat mengembangkan kerjasama bidang pendidikan dan kedokteran. Kedua bidang ini menjadi keunggulan Chile. Selain itu, juga dapat dijajaki kerjasama dalam hal penanggulangan bencana alam dan pariwisata.Kegiatan diseminasi informasi dibuka oleh Direktur Amerika Selatan dan Karibia, Prayono Atiyanto, menghadirkan Dubes RI untuk Republik Chile, Dr. Aloysius L. Madja sebagai pembicara/nara sumber. Kegiatan ini dihadiri oleh wakil-wakil dari kalangan Pemerintah (Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian ESDM, Kementerian Luar Negeri, BKPM)dan kalangan non-Pemerintah (KADIN, HIPPMI, Mustika Ratu, Asosiasi Rumput Laut Indonesia, Asosiasi Pertambangan dan Batu Bara Indonesia)
·       Indonesia-Slovakia Sepakati Perjanjian Ekonomi
Indonesia dan Slovakia menandatangani kesepakatan bidang ekonomi. Kedua negara melakukan perundungan selama dua hari sejak 23 hingga 24 Februari 2011 di Surabaya. Pembicaraan itu menghasilkan Persetujuan Perlindungan dan Peningkatan Penanaman Modal (P4M).
Tercapainya persetujuan ini akan memberikan kepastian hukum bagi kerja sama di bidang investasi antara kedua negara. Selama ini nilai investasi Indonesia dan Slovakia masih belum signifikan.
Dalam rilis Direktorat Eropa Tengah dan Timur, Kemlu, hari ini, persetujuan kedua negara menggantikan persetujuan sebelumnya pada tahun 1994. Pembaruannya diperlukan untuk memenuhi salah satu ketentuan mengenai kebijakan penanaman modal di lingkungan Uni Eropa. Diharapkan persetujuan ini dapat ditandatangani pada saat kunjungan Presiden Slovakia, Ivan Gasparovic, ke Indonesia pada akhir Mei 2011.
Pada perundingan tersebut, Delegasi Indonesia dipimpin Plt. Direktur Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya, Kemlu, Bebeb A.K.N. Djundjunan, dan diikuti oleh wakil-wakil dari Kementerian Keuangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Sekretariat Kabinet dan Bank Indonesia. Sementara Delegasi Slovakia dipimpin Direktur Department of the Specific Operation of the State dan didampingi oleh Senior State Counsellor for Department of the Specific Operation of the State, Kementerian Keuangan Republik Slovakia.
Perundingan tersebut digambarkan berjalan dengan semangat yang sangat bersahabat yang mencerminkan hubungan baik kedua negara. Pada akhir perundingan, Ketua Delegasi RI dan Slovakia menandatangani Agreed Minutes yang mencerminkan kesepakatan yang dicapai diantara kedua Delegasi.
Selama ini potensi kerjasama ekonomi Indonesia – Slovakia belum tergarap secara optimal. Terlebih, Slovakia telah bergabung menjadi anggota Uni Eropa pada Mei 2004. Persetujuan bilateral di bidang penanaman modal ini akan melengkapi upaya yang ditempuh guna mendorong peningkatan nilai perdagangan dan investasi kedua negara.
Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sejak 2007, upaya peningkatan perdagangan dan investasi dilakukan antara lain melalui penyelenggaraan roundtable business meeting secara rutin oleh Kedutaan Besar RI di Bratislava dan Kedutaan Besar Slovakia. Business meeting ke-empat yang difokuskan pada sektor energi dan infrastruktur diselenggarakan di Jakarta 24 Februari 2011 bersamaan dengan jalannya perundingan P4M di Surabaya.




·       Indonesia-Argentina Tanda Tangani Perjanjian Bilateral
Buenos Aires, maiwanews – Di sela-sela pertemuan ke-5 Tingkat Menteri Forum for East Asia – Latin America Cooperation (FEALAC ke-5), Menteri Luar Negeri Indonesia, Dr. Marty M. Natalegawa, melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Perdagangan Internasional dan Agama Argentina, Hector Timerman.
Menteri kedua negara di Buenos Aires, 24 Agustus 2011 menandatangani perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas. Perjanjian bilateral bebas visa tersebut diharapkan dapat mendorong kegiatan people-to-people contact dalam rangka meningkatkan pengertian dan pemahaman masyarakat kedua negara.
Selain itu keduanya juga menandatangani perjanjian kerjasama bidang teknik dimana kedua negara akan melakukan kegiatan seperti pelatihan dan pengembangan ahli dan teknisi maupun pertukaran informasi. Kerjasama ini juga dilakukan melalui mekanisme kemitraan trilateral yang melibatkan negara lain, organisasi internasional, dan lembaga regional.
Selain penandatanganan dua perjanjian, Menlu Marty dan Menlu Hector juga membahas isu-isu bilateral, regional, dan multilateral.
Hubungan diplomatik Indonesia-Argentina resmi dibuka tanggal 30 Juli 1956 dengan ditandatanganinya Persetujuan Pembukaan Hubungan Diplomatik kedua negara. KBRI di Buenos Aires dibuka pada April 1957  dimana Duta Besar RI pertama saat itu adalah Usman Sastroamidjojo. Sedangkan Kedutaan Besar Argentina dibuka di Jakarta pada tahun 1959. Pada tahun yang sama, Presiden Soekarno melakukan kunjungan bersejarah ke Argentina.
Sebagai negara pluralistik, dimana berbagai suku, ras, agama, dan golongan, hidup bersama dalam toleransi. Indonesia dianggap sebagai contoh negara yang mampu mengelola perbedaan yang ada menjadi suatu rangkaian mozaik kehidupan berbangsa yang utuh.
Total perdagangan kedua negara dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 perdagangan kedua negara mencapai US$ 1.226.241.600, meningkat dibandingkan tahun 2009 yang mencapai US$ 823.152.800.
·       Indonesia-Jerman Kembangkan Kerjasama Bilateral
Indonesia dan Jerman akan mengembangkan kerjasama bilateral dalam berbagai bidang. Ketertarikan Jerman dalam meningkatkan hubungan dengan Indonesia didasarkan pada kenyataan bahwa potensi dan perkembangan Indonesia yang signifikan di berbagai bidang baik domestik, regional maupun internasional.Hal itu juga menjadikan Indonesia tetap sebagai mitra yang penting dan strategis bagi Jerman. Hal ini menarik Jerman menangkap peluang-peluang peningkatan kerjasama. Tidak hanya antar Pemerintah, namun juga antar masyarakat di kedua Negara.
Tiga pejabat penting Negara Bagian Bremen, Republik Federal Jerman memiliki kesamaan pandangan mengenai arti penting Indonesia bagi Jerman. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Negara Bagian/Walikota Bremen Jens Bohrsen, Ketua Parlemen Bremen Christian Weber, dan Wakil Kepala Kamar Dagang Bremen Matthias Claussen saat bertemu dengan Konjen RI Hamburg Marina Estella Anwar Bey 7 Februari 2011.Dalam kapasitas masing-masing, ketiganya menyambut baik keinginan Konjen Marina untuk mengembangkan kerjasama lebih lanjut di bidang-bidang potensial seperti pengembangan kapasitas manajemen pelabuhan, dan pengembangan pembangkit listrik bertenaga angina.
Konjen Marina juga berkeinginan untuk mengembangkan kerjasama pendidikan dengan Universitas Bremen dan Universitas Jacobs Bremen serta riset di bidang penerbangan dan ruang angkasa. “Bremen merupakan salah satu negara bagian di Jerman yang telah memiliki tradisi perdagangan dengan Indonesia” tutur Konjen Marina.Lebih lanjut ia menuturkan banyaknya komoditi Indonesia yang diimpor oleh Jerman seperti kopi, tembakau, besi, mebel, minyak kelapa sawit, ikan dan produk perikanan, tekstil dan produk tekstil, buah kaleng dan berbagai komoditi lainnya masuk melalui pelabuhan Bremen.Sebaliknya, komoditi Jerman yang diimpor Indonesia melalui Bremen antara lain mobil dan komponen otomotif lainnya, bahan baku kimia, produk farmasi, dan lain sebagainya. Menurut lembaga statistik Jerman, jelasnya, nilai perdagangan Indonesia dengan Bremen pada tahun 2009 mencapai 125, 2 juta Euro.
Salah satu bentuk kerjasama perdagangan tertua antara Indonesia dengan Bremen adalah lelang tembakau Deli di Tabakborse Bremen yang telah dimulai 1968. Namun sayangnya, pada 2010 para pemegang saham Tabakborse menyepakati untuk menutup penjualan
tembakau melalui lelang. Hal ini dikarenakan berbagai hal yang menyebabkan nilai penjualan beberapa tahun terakhir terus turun.

·        Indonesia-Jepang dalam Hubungan Bilateral

Hubungan Indonesia-Jepang ternyata masih sejalan dan baik peningkatannya, terbukti banyaknya kerjasama investasi Jepang ke Indonesia khususnya pada bidang infrastruktur. Jepang telah terbukti juga dengan kemampuannya di tingkat diplomasi, kekuatan ekonomi, potensi militer dan kini menjadi sebuah acuan Indonesia dalam hubungan bilateral kedua belah negara tersebut.
Kalau kita lihat perkembangan hubungan Indonesia-Jepang saat ini, bukan hanya kerjasama dibidang infrastruktur saja, melainkan Indonesia telah memiliki banyak komoditi yang dapat menjadi sebuah andalan yaitu komoditi non-migas. Ada sekitar 50 komoditi non-migas yang telah memasuki pasar Jepang, dan sekiranya memang kalau kita lihat potensi komoditi itu masih berasal dari hasil peikanan, souvenir, hasil pertanian seperti kopi, teh, coklat dan rempah-rempah.
Terkait dengan kerjasama Indonesia-Jepang, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa telah melakukan segala bentuk usaha positifnya dalam perkembangan perekonomian nasional. Khususnya terkait program MP3EI yang digagas Hatta Rajasa dan Tim Ekonomi, karena ini membuktikan bahwa dengan adanya hubungan yang bersifat bilateral antar negara ini, niscaya dapat membantu program pembangunan pertumbuhan perekonomian di Indonesia sendiri.
Bukan itu saja, Indonesia juga mendapat pengakuan dari pihak Jepang bahwa investasi Jepang di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia telah mengalami peningkatan yang cukup fantastis. Dari cara Jepang memandang Indonesia utamanya adalah kini Indonesia bisa menjadi sebuah negara besar dalam hal perekonomian di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu pula dengan nama Indonesia yang semakin besar kini, Indonesia telah mempunyai daya tarik lain untuk tujuan investasi Jepang, seperti contohnya, ketersediaan tenaga kerja yang cukup, rajin dan cepat dalam penguasaan tekhnologi, serta Indonesia sendiri kini telah dianggap negara yang paling baik terhdap Jepang dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan Asia.

·        Kerjasama Ekonomi Bilateral Indonesia - Australia
Jakarta, 8 Juli 2011 - Menko Perekonomian menerima kunjungan kerja Yang Terhormat Kevin Rudd, Menteri Luar Negeri, Australia untuk membahas peningkatan hubungan bilateral ekonomi antara Indonesia dengan Australia. Dari pihak Indonesia selain Menko Perekonomian juga dihadiri Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian dan sejumlah pejabat terkait.
Hubungan bilateral Indonesia dan Australia mengalami peningkatan semenjak  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan resmi ke Australia pada tanggal 9-11 Maret 2010 dan dilanjutkan dengan kujungan resmi Perdana Menteri Julia Gillard ke Indonesia pada tanggal 1-2 November 2010. Kunjungan tersebut mencerminkan eratnya hubungan antara Indonesia dan Australia.
Total perdagangan antara Indonesia dan Australia pada tahun 2010 senilai US $ 8,3 miliar (meningkat sedikit dibandingkan 2009 yang mencapai US $ 6,7 miliar), dimana ekspor Indonesia ke Australia sebesar US $ 4,2 miliar, sedangkan impor Indonesia dari Australia adalah sekitar US $ 4,1 miliar.
Realisasi investasi Australia di Indonesia pada tahun 2010 mencapai US$ 214,2 juta dengan total 95 proyek. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2009 yang mencapai US$ 134,5 juta yang meliputi 69 proyek.Pada tahun 2011, terjadi kecenderungan positif pada perdagangan bilateral dan kerjasama ekonomi antar Indonesia dan Australia.
Pertemuan membahas rencana penyelenggaraan Indonesia-Australia Ministerial Forum (IAMF) yang ke-10 di Indonesia. Forum ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan bilateral di berbagai sektor, termasuk perdagangan, industri dan investasi, sains dan teknologi, pertanian, makanan dan kehutanan, kerjasama hukum, kesehatan, lingkungan, pendidikan dan pelatihan, keamanan sosial, energi dan mineral, transportasi dan pariwisata, kelautan dan perikanan, dan imigrasi. 
Pertemuan juga membahas proses yang sedang berlangsung dalam Pre-negosiasi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Dengan adanya IA-CEPA diharapkan hubungan ekonomi antar kedua negara dapat terbentuk secara komprehensif dan saling menguntungkan. Disamping untuk mencapai pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, IA-CEPA juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua negara.Pertemuan juga membahas perkembangan terbaru bahwa Pemerintah Australia telah mencabut larangan ekspor ternak hidup ke Indonesia. Dalam upaya untuk menjaga hubungan baik perdagangan bilateral, kedua negara akan terus saling berkomunikasi dan berkoordinasi.
Dalam rangka pelaksanaan MP3EI, pihak Indonesia telah mengundang sektor swasta Australia untuk berpartisipasi dalam berbagai proyek yang ditawarkan dalam  Master Plan tersebut. Pertemuan tingkat Menteri ini telah berlangsung secara bersahabat dan sangat konstruktif.

·         KERJASAMA EKONOMI INDONESIA – CHINA DALAM BIDANG PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Hubungan antara Indonesia dan China adalah satu hal yang amat penting, baik bagi Indonesia maupun untuk China sendiri. Hubungan Bilateral Indonesia-China yang pernah membeku sepanjang pemerintahan Orde Baru, kini makin membaik, dan bahkan China merupakan salah satu mitra yang penting bagi Indonesia. Secara geopolitik, posisi Indonesia sangat strategis di kawasan Asia Pasifik dan Selat Malaka. Sedangkan secara ekonomi, Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sumberdaya alam dan mineral, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam Indonesia yang sangat luar biasa ini jelas sangat menggoda negara-negara industri yang sedang maju saat ini seperti China untuk menguasainya, langsung ataupun tidak langsung. Disamping itu, dengan jumlah penduduk lebih dari 243 juta jiwa, Indonesia adalah pasar potensial bagi produk-produk negara-negara industri. ubungan bilateral antara China dan Indonesia terutama dalam bidang ekonomi saat ini terus meningkat. Hal ini tercermin dari meningkatnya nilai perdagangan kedua negara, yang pada tahun 2008 mencapai US$ 31 miliar. Dalam lima tahun ke depan, Presiden Republik Indonesia (RI) Bapak Susilo B. Yudhoyono memperkirakan nilai perdagangan Indonesia-China akan mencapai US$ 50 miliar. Peningkatan hubungan bilateral tersebut, diungkapkan oleh Dubes China, tidak terlepas dari terjalinnya Free Trade Asean-China. Selain itu, China menganggap Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi sangat besar. Namun untuk merealisasikan potensi itu diperlukan penghapusan beberapa hambatan, baik dari pihak China maupun dari pihak Indonesia. Indonesia berharap lambannya realisasi dana pinjaman China agar bisa cepat terealisasikan sehingga bisa dioptimalkan dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Sebaliknya, dunia usaha China yang ingin berinvestasi di Indonesia juga memerlukan jaminan dari pemerintah RI untuk menghadapi risiko perubahan kebijakan pemerintah daerah. Tampilnya Cina sebagai kekuatan besar di dunia, dianggap bisa membantu Indonesia mengimbangi pengaruh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang di kawasan Asia Pasifik. Bagi Indonesia yang menginginkan kondisi stabil di kawasan, bermitra dengan China menjadi sesuatu yang tak terelakan sekaligus langkah strategis bagi kepentingan nasional.Salah satu  cara untuk mempererat hubungan satu negara dengan negara lainnya adalah dengan melakukan perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia.
Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin dan tercipta suatu hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan jasa akan membentuk perdagangan antar bangsa. Perdagangan internasional pada saat ini secara tidak langsung mendorong terjadinya globalisasi, hal ini  ditandai dengan semakin berkembangnya sistem inovasi teknologi informasi, perdagangan, reformasi politik, transnasionalisasi sistem keuangan, dan investasi. Dan ini bisa menjadi modal yang penting bagi suatu negara untuk menarik investor masuk ke dalam negerinya untuk menanam investasi di negarnya. Apalagi didukung dengan situasi politik yang kondusif dan lingkungan bisnis yang kompetitif di dalam negara tersebut, maka bukan tidak mungkin perkembangan ekonomi negara tersebut akan tumbuh semakin cepat. Sejak CAFTA diterapkan, jumlah perusahaan China yang menanamkan investasi di Indonesia juga bertambah. Hingga akhir 2010 terdapat lebih dari seribu perusahaan China yang tercatat di Indonesia, dengan investasi langsung mencapai 2,9 miliar dollar AS atau naik 31,7 persen dari tahun sebelumnya. Dan juga produk-produk China yang masuk ke China juga menjadi sangat banyak dan bahkan membanjiri pasar lokal Indonesia. Dengan harganya yang relatif murah dan juga dari segi kualitas juga tidak kalah berbeda dengan barang-barang bermerek lainnya, membuat produk China diserbu oleh konsumen Indonesia yang rata-rata dalam memilih suatu produk dilihat dari harganya yang terjangkau terlebih dahulu. angkan bagi Indonesia sendiri, Indonesia hanya bisa mengirim bahan-bahan mentah seperti hasil bumi untuk dijadikan komuditas ekspor ke China dalam rangka CAFTA ini. Dimana harganya pun masih relatif murah sehingga pendapatan untuk negara juga tidak terlaru besar. Untuk ekspor ke China sendiri yang paling dominan adalah ekspor biji kakao. Indonesia memang dikenal sebagai penghasil biji kakao yang baik dan juga berkualitas tinggi, tidak heran kalau sector inilah yang menjadi andalan Indonesia untuk ekspor ke China. Akan tetapi ekspor ini bukan tanpa halangan, karena banyak negara yang menjadi pesaing dalam ekspor produk ini, seperti misalnya Italia dan juga Malaysia. Indonesia sendiri kini berada dalam urutan kelima dalam pemasok biji kakao ke negara China dengan nilai USD 25,12 juta (9,63 %) pada tahun 2009.

3 komentar:

Welcome To My Blog mengatakan...

NIce Boss :D
By : Farid 9G

Welcome To My Blog mengatakan...

regionalnya mana Gan?

Anonim mengatakan...

Thank's gan infonya !!!

www.bisnistiket.co.id

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More